Nama:
Nurul Ryah Arafah
NPM : 15612548
Kelas : 3SA03
1. SEJARAH JURNALISTIK DI DUNIA
Zaman romawi kuno
Awal mulanya muncul jurnalistik
dapat diketahui dari berbagai literatur tentang sejarah jurnalistik senantiasa
merujuk pada “Acta Diurna” pada zaman Romawi Kuno masa pemerintahan kaisar
Julius Caesar (100-44 SM).
“Acta Diurna”, yakni papan
pengumuman (sejenis majalah dinding atau papan informasi sekarang), diyakini
sebagai produk jurnalistik pertama; pers, media massa, atau surat kabar harian
pertama di dunia. Julius Caesar pun disebut sebagai “Bapak Pers Dunia”.
Sebenarnya, Caesar hanya
meneruskan dan mengembangkan tradisi yang muncul pada permulaan berdirinya
kerajaan Romawi. Saat itu, atas peritah Raja Imam Agung, segala kejadian
penting dicatat pada “Annals”, yakni papan tulis yang digantungkan di serambi
rumah. Catatan pada papan tulis itu merupakan pemberitahuan bagi setiap orang
yang lewat dan memerlukannya.
Saat berkuasa, Julius Caesar
memerintahkan agar hasil sidang dan kegiatan para anggota senat setiap hari
diumumkan pada “Acta Diurna”. Demikian pula berita tentang kejadian
sehari-hari, peraturan-peraturan penting, serta apa yang perlu disampaikan dan
diketahui rakyatnya. Papan pengumuman itu ditempelkan atau dipasang di pusat
kota yang disebut “Forum Romanum” (Stadion Romawi) untuk diketahui oleh umum.
Berita di “Acta Diurna” kemudian
disebarluaskan. Saat itulah muncul para “Diurnarii”, yakni orang-orang yang
bekerja membuat catatan-catatan tentang hasil rapat senat dari papan “Acta
Diurna” itu setiap hari, untuk para tuan tanah dan para hartawan.
Dari kata “Acta Diurna” inilah
secara harfiah kata jurnalistik berasal yakni kata “Diurnal” dalam Bahasa Latin
berarti “harian” atau “setiap hari.” Diadopsi ke dalam bahasa Prancis menjadi
“Du Jour” dan bahasa Inggris “Journal” yang berarti “hari”, “catatan harian”,
atau “laporan”. Dari kata “Diurnarii” muncul kata “Diurnalis” dan “Journalist”
(wartawan).
Dalam sejarah Islam, seperti
dikutip Kustadi Suhandang (2004), cikal bakal jurnalistik yang pertama kali di
dunia adalah pada zaman Nabi Nuh. Saat banjir besar melanda kaumnya, Nabi Nuh
berada di dalam kapal beserta sanak keluarga, para pengikut yang saleh, dan
segala macam hewan.
Untuk mengetahui apakah air bah
sudah surut, Nabi Nuh mengutus seekor burung dara ke luar kapal untuk memantau
keadaan air dan kemungkinan adanya makanan. Sang burung dara hanya melihat daun
dan ranting pohon zaitun yang tampak muncul ke permukaan air. Ranting itu pun
dipatuk dan dibawanya pulang ke kapal. Nabi Nuh pun berkesimpulan air bah sudah
mulai surut. Kabar itu pun disampaikan kepada seluruh penumpang kapal.
Atas dasar fakta tersebut, Nabi
Nuh dianggap sebagai pencari berita dan penyiar kabar (wartawan) pertama kali
di dunia. Kapal Nabi Nuh pun disebut sebagai kantor berita pertama di dunia.
Masa
Perkembangannya
Kegiatan penyebaran informasi melalui tulis-menulis
makin meluas pada masa peradaban Mesir, ketika masyarakatnya menemukan tehnik
pembuatan kertas dari serat tumbuhan yang bernama “Phapyrus”.
Pada abad 8 M., tepatnya tahun 911 M, di Cina
muncul surat kabar cetak pertama dengan nama “King Pau” atau Tching-pao,
artinya “Kabar dari Istana”. Tahun 1351 M, Kaisar Quang Soo mengedarkan surat
kabar itu secara teratur seminggu sekali.
Penyebaran informasi tertulis maju sangat pesat
sejak mesin cetak ditemukan oleh Johan Guttenberg pada 1450. Koran cetakan yang
berbentuk seperti sekarang ini muncul pertama kalinya pada 1457 di Nurenberg,
Jerman. Salah satu peristiwa besar yang pertama kali diberitakan secara luas di
suratkabar adalah pengumuman hasil ekspedisi Christoper Columbus ke Benua
Amerika pada 1493.
Pelopor surat kabar sebagai media berita pertama
yang bernama “Gazetta” lahir di Venesia, Italia, tahun 1536 M. Saat itu
Republik Venesia sedang perang melawan Sultan Sulaiman. Pada awalnya surat
kabar ini ditulis tangan dan para pedagang penukar uang di Rialto menulisnya
dan menjualnya dengan murah, tapi kemudian surat kabar ini dicetak.
Surat kabar cetak yang pertama kali terbit teratur
setiap hari adalah Oxford Gazzete di Inggris tahun 1665 M. Surat kabar ini
kemudian berganti nama menjadi London Gazzette dan ketika Henry Muddiman
menjadi editornya untuk pertama sekali dia telah menggunakan istilah
“Newspaper”.
Di Amerika Serikat ilmu persuratkabaran mulai
berkembang sejak tahun 1690 M dengan istilah “Journalism”. Saat itu terbit
surat kabar dalam bentuk yang modern, Publick Occurences Both Foreign and
Domestick, di Boston yang dimotori oleh Benjamin Harris.
Pada Abad ke-17, di Inggris kaum bangsawan umumnya
memiliki penulis-penulis yang membuat berita untuk kepentingan sang bangsawan.
Para penulis itu membutuhkan suplai berita. Organisasi pemasok berita (sindikat
wartawan atau penulis) bermunculan bersama maraknya jumlah koran yang
diterbitkan. Pada saat yang sama koran-koran eksperimental, yang bukan berasal
dari kaum bangsawan, mulai pula diterbitkan pada Abad ke-17 itu, terutama di
Prancis.
Pada abad ke-17 pula, John Milton memimpin
perjuangan kebebasan menyatakan pendapat di Inggris yang terkenal dengan
Areopagitica, A Defence of Unlicenced Printing. Sejak saat itu jurnalistik
bukan saja menyiarkan berita (to inform), tetapi juga mempengaruhi pemerintah
dan masyarakat (to influence).
Di Universitas Bazel, Swiss jurnalistik untuk
pertama kali dikaji secara akademis oleh Karl Bucher (1847 – 1930) dan Max
Weber (1864 – 1920) dengan nama Zeitungskunde tahun 1884 M. Sedangkan di
Amerika mulai dibuka School of Journalism di Columbia University pada tahun
1912 M/1913 M dengan penggagasnya bernama Joseph Pulitzer (1847 – 1911).
Pada Abad ke-18, jurnalisme lebih merupakan bisnis
dan alat politik ketimbang sebuah profesi. Komentar-komentar tentang politik,
misalnya, sudah bermunculan pada masa ini. Demikian pula ketrampilan
desain/perwajahan mulai berkembang dengan kian majunya teknik percetakan.
Pada abad ini juga perkembangan jurnalisme mulai
diwarnai perjuangan panjang kebebasan pers antara wartawan dan penguasa. Pers
Amerika dan Eropa berhasil menyingkirkan batu-batu sandungan sensorsip pada
akhir Abad ke-18 dan memasuki era jurnalisme modern seperti yang kita kenal
sekarang.
Perceraian antara jurnalisme dan politik terjadi
pada sekitar 1825-an, sehingga wajah jurnalisme sendiri menjadi lebih jelas:
independen dan berwibawa. Sejumlah jurnalis yang muncul pada abad itu bahkan
lebih berpengaruh ketimbang tokoh-tokoh politik atau pemerintahan. Jadilah
jurnalisme sebagai bentuk profesi yang mandiri dan cabang bisnis baru.
Pada pertengahan 1800-an mulai berkembang
organisasi kantor berita yang berfungsi mengumpulkan berbagai berita dan
tulisan untuk didistribusikan ke berbagai penerbit surat kabar dan majalah.
Kantor berita pelopor yang masih beroperasi hingga kini antara lain Associated
Press (AS), Reuters (Inggris), dan Agence-France Presse (Prancis).
Tahun 1800-an juga ditandai dengan munculnya
istilah Yellow Journalism (jurnalisme kuning), sebuah istilah untuk
“pertempuran headline” antara dua koran besar di Kota New York. Satu dimiliki
oleh Joseph Pulitzer dan satu lagi dimiliki oleh William Randolph Hearst.
Ciri khas “jurnalisme kuning” adalah pemberitaannya
yang bombastis, sensasional, dan pemuatan judul utama yang menarik perhatian
publik. Tujuannya hanya satu: meningkatkan penjualan! Namun, jurnalisme kuning
tidak bertahan lama, seiring dengan munculnya kesadaran jurnalisme sebagai
profesi.
Sebagai catatan, surat kabar generasi pertama di AS
awalnya memang partisan, serta dengan mudah menyerang politisi dan presiden,
tanpa pemberitaan yang objektif dan berimbang. Namun, para wartawannya kemudian
memiliki kesadaran bahwa berita yang mereka tulis untuk publik haruslah
memiliki pertanggungjawaban sosial.
Kesadaran akan jurnalisme yang profesional
mendorong para wartawan untuk membentuk organisasi profesi mereka sendiri.
Organisasi profesi wartawan pertama kali didirikan di Inggris pada 1883, yang
diikuti oleh wartawan di negara-negara lain pada masa berikutnya. Kursus-kursus
jurnalisme pun mulai banyak diselenggarakan di berbagai universitas, yang
kemudian melahirkan konsep-konsep seperti pemberitaan yang tidak bias dan dapat
dipertanggungjawabkan, sebagai standar kualitas bagi jurnalisme profesional.
a. Sejarah penemuan kertas
Cai Lun
Lukisan abad ke-18 (Dinasti Qing)
yang menggambarkan Cai Lun
sebagai pembuat kertas
|
Cai Lun (Hanzi: 蔡倫, simplify 蔡伦
, pinyin: Cài Lún, Wade-Giles: Ts’ai Lun) ialah penemu kertas berkebangsaan
Tionghoa yang hidup di zaman Dinasti Han, abad ke-1 - abad ke-2 Masehi. Lahir
di Guiyang (sekarang di wilayah provinsi Hunan), ia bernama lengkap Cai
Jingzhong (sering pula dipanggil Jingzhong ((敬仲)),
ia adalah seorang kasim Cina yang bekerja sebagai pegawai negara pada
pengadilan kekaisaran. Secara tradisional dia dianggap sebagai penemu
kertas (paper) dan proses pembuatan kertas, dalam bentuk yang dikenal di zaman
modern meski bentuknya belum sesempurna sekarang ini. Meskipun bentuk awal
kertas sudah ada di Cina sejak abad ke-2 SM, namun ia telah berjasa dalam
perbaikan signifikan pertama dan standardisasi pembuatan kertas dengan
menambahkan bahan-bahan baru yang penting ke dalam komposisinya.
Pada zaman kuno tulisan dan
prasasti umumnya dilakukan pada tablet bambu atau potongan sutra yang disebut
chih. Tapi karena harga sutra yang mahal dan beratnya bambu, membuat kedua
media tersebut tidak nyaman untuk digunakan. Tshai Lun [Cai Lun] kemudian
mendapatkan ide membuat kertas dari kulit pohon, sisa-sisa rami, kain kain, dan
jaring ikan. Saat ini kertas telah digunakan di mana-mana dan dikenal dengan
'kertas dari Marquis Tshai'.
Cai Lun membuat kertas dari kulit kayu murbei. Bagian dalamnya direndam di air dan dipukul-pukul sehingga seratnya lepas. Bersama dengan kulit, direndam juga bahan rami, kain bekas, dan jala ikan. Setelah menjadi bubur, bahan ini ditekan hingga tipis dan dijemur. Lalu jadilah kertas yang mutunya masih belum sebagus sekarang.
Cai Lun membuat kertas dari kulit kayu murbei. Bagian dalamnya direndam di air dan dipukul-pukul sehingga seratnya lepas. Bersama dengan kulit, direndam juga bahan rami, kain bekas, dan jala ikan. Setelah menjadi bubur, bahan ini ditekan hingga tipis dan dijemur. Lalu jadilah kertas yang mutunya masih belum sebagus sekarang.
Pada tahun 105 M ia
mempersembahkan contoh kertas pada Kaisar Han Hedi. Catatan tentang penemuan
kertas ini terdapat dalam penulisan sejarah resmi Dinasti Han. Konon kaisar
amat girang atas penemuan Cai Lun, dan Cai Lun pun naik pangkat, mendapat gelar
kebangsawanan dan menjadi cukong.
Pengaruh
Pencipta penemuan yang sangat penting ini sedikit sekali dikenal di luar Asia Timur. Setelah Cai menemukan proses pembuatan kertas di 105, kertas menjadi banyak digunakan sebagai media menulis di Cina pada abad ke-3. Hal Ini memungkinkan China untuk mengembangkan peradabannya (melalui sastra dan literasi) jauh lebih cepat daripada menggunakan bahan penulisan yang sebelumnya (terutama bambu dan sutra ). Pada abad ke-7, teknik pembuatan kertas China telah menyebar ke Korea, Vietnam, dan Jepang.
Pencipta penemuan yang sangat penting ini sedikit sekali dikenal di luar Asia Timur. Setelah Cai menemukan proses pembuatan kertas di 105, kertas menjadi banyak digunakan sebagai media menulis di Cina pada abad ke-3. Hal Ini memungkinkan China untuk mengembangkan peradabannya (melalui sastra dan literasi) jauh lebih cepat daripada menggunakan bahan penulisan yang sebelumnya (terutama bambu dan sutra ). Pada abad ke-7, teknik pembuatan kertas China telah menyebar ke Korea, Vietnam, dan Jepang.
Pada tahun 751, beberapa pembuat
kertas Cina ditangkap oleh orang-orang Arab setelah pasukan Tang dikalahkan
dalam Pertempuran Talas River. Teknik pembuatan kertas kemudian menyebar ke
Barat. Ketika kertas pertama kali diperkenalkan ke Eropa di abad ke-12, secara
bertahap merevolusi cara komunikasi tertulis dapat menyebar dari satu wilayah
ke wilayah lain. Seiring dengan kontak antara Arab dan Eropa selama Perang
Salib, meluasnya penggunaan kertas dibantu pondasi Scholastic Age di Eropa.
b.
Sejarah
Mesin Cetak
Johannes Gensfleisch zur Laden zum Gutenberg (sekitar 1398 - 3 Februari
1468) adalah seorang
pandai logam dan pencipta berkebangsaan Jerman yang memperoleh ketenaran berkat
sumbangannya di bidang teknologi percetakan
pada tahun 1450-an,
termasuk aloy logam
huruf
(type metal) dan tinta
berbasis-minyak, cetakan untuk mencetak huruf secara tepat, dan sejenis mesin cetak
baru yang berdasarkan pencetak yang digunakan dalam membuat anggur.
Tradisi menamainya sebagi
pencipta movable type di Eropa, suatu perbaikan
sistem pencetakan blok yang sudah digunakan di wilayah tersebut. Dengan
mengombinasikan unsur-unsur ini dalam suatu sistem produksi, ia memungkinkan
terjadinya pencetakan materi tertulis secara cepat, serta terjadinya ledakan
informasi di Eropa Renaisans.
Karya utamanya, Alkitab
Gutenberg (juga dikenal sebagai Alkitab 42 baris), telah diakui
memiliki estetika dan kualitas teknikal yang tinggi.
Penemuan Percetakan
Ide Gutenberg yang terpenting
tercetus ketika dia bekerja sebagai tukang emas di Mainz. Dia mendapat ide
untuk menghasilkan surat pengampunan dengan membentuk kop huruf untuk mencetak
surat pengampunan dengan banyak agar dia mendapat banyak uang untuk membayar
hutang-hutangnya ketika dia bekerja sebagai tukang logam dahulu. Waktu itu,
buku dan surat ditulis dengan tulisan aksara latin dengan tangan dan mengandung
banyak kesalahan ketika penyalinan, juga kekurangannya selain itu ialah lambat.
Oleh karena itu, Gutenberg
pertama kalinya membuat acuan huruf logam dengan menggunakan timah hitam untuk
membentuk tulisan aksara latin . Pada mulanya, Gutenberg terpaksa membuat
hampir 300 bentuk huruf untuk meniru bentuk tulisan tangan yang berbentuk
tegak-bersambung. Setelah itu, Gutenberg membuatkan untuk mereka mesin cetak
yang bergerak untuk mencetak. Mesin cetak bergerak inilah sumbangan terbesar
Gutenberg. Setelah menyempurnakan mesin cetak bergeraknya, Gutenberg mencetak
beribu-ribu surat pengampunan yang disalah gunakan oleh Gereja Katolik untuk
mendapatkan uang. Penyalah-gunaan ini merupakan puncak timbulnya bantahan
daripada sebagian pihak seperti Martin Luther.
Pencetakan Alkitab
Pada tahun 1452, Gutenberg
mendapatkan pinjaman uang
dari Johann Fust untuk memulakan
proyek pencetakan Alkitab yang terkenal. Namun, Gutenberg telah dipecat dari
pengurusan percetakan Alkitab itu sebelum dia disiapkan sepenuhnya disebabkan
Gutenberg dituduh mencetak surat pengampunan, kalender dan buku bacaan ringan
sebagai pengisi waktu luang. Bagaimanapun Alkitab yang dihasilkan masih dikenal
sebagai Alkitab Gutenberg yang mengandung 42 baris setiap halaman disiapkan
yang pada 15 Agustus
1456 dan dianggap sebagai
buku bercetak tertua di dunia barat.
Dua ratus jilid salinan Alkitab Gutenberg
telah dicetak, sebagian kecilnya (lebih kurang 50) dicetak di atas kulit lembu
muda. Alkitab Gutenberg yang cantik dan mahal itu dijual dengan harga tiga
tahun gaji seorang kuli biasa. Buku itu dijual di Pameran Buku Franfurt pada
tahun 1456.
Secara kasar, hampir seperempat Bible Gutenberg masih terawat sampai sekarang.
Penemuan dan Kontribusi Lain
Selain menjadi ahli dalam bidang
percetakan, Gutenberg juga menciptakan bahan sampingan percetakan seperti tinta
dan cetakan huruf. Tinta yang digunakan terbuat dari campuran minyak, tembaga,
dan timah hitam yang masih bagus warnanya. Tinta itu adalah bentuknya lain
daripada tinta untuk menulis biasa karena tinta percetakan lebih pekat dan lebih
lengket. Gutenberg juga telah menyempurnakan campuran logam untuk membentuk
cetakan huruf dengan gabungan timah hitam, antimon dan timah yang masih baru digunakan
hingga abad ke 20.
Gutenberg juga dipercayai untuk
bekerja yang tugasnya ialah menyiapkan Ensiklopedia Catholicon of Johannes de
Janua, setebal 748 halaman dengan 2 ruangan setiap halaman dan 66 baris setiap
satu ruangan. Pada akhir hayatnya dia diterima sebagai pengiring kepada uskup
besar Mainz.
c.
Sejarah
Penemuan Koran
Beberapa observasi yang tertuang
atau diucapkan pada suatu media. Biasanya kita berpikir tentang berita sebagai
semacam tertentu dari realitas sejarah, yang mungkin dapat digambarkan secara
analitis. Itu adalah mistifikasi subjek. Jika wartawan yang ahli dalam sesuatu,
audiens Anda, dan bukan aspek lain dari realitas. Dilihat dari
"pheomenologically," adalah berita yang dilakukannya di koran hari
ini atau siaran berita. Sekarang ada 188 negara, kemarin $ 5 juta, dan ribuan
hal-hal yang "terjadi". Hanya mereka yang benar-benar melakukan
pekerjaan menjadi berita. Besok akan memiliki berita sendiri, peristiwa
sehingga ditolak tidak akan pernah menjadi berita. Tentu saja bisa menjadi
bagian dari rekonstruksi sejarah kemudian waktu kita. Orang akan berpikir bahwa
dalam kasus ini bahwa wartawan hanya menggagalkannya - jika Anda benar-benar
percaya bahwa berita itu sifat yang sama seperti cerita. Tapi berita itu bukan
tentang cerita, sebenarnya, namun manfaatnya, ketika editor berpikir jernih,
dan penerbit surat kabar berpikir jelas sejak awal.
Definisi harus berasal dari pemakaian umum, dan ini adalah yang kita maksud dengan "berita" ketika bingung dengan pengertian seperti berita penting atau berita dilaporkan. Tidak ada hal seperti dilaporkan pers, karena berita itu tidak alami.
Mereka yang berharap bahwa berita itu akan membuat Anda informasi tentang kekuatan besar di dunia harus mempertimbangkan kemungkinan bahwa daya dapat didefinisikan sebagai kemampuan untuk disimpan dari berita. Selain itu, elit dapat didefinisikan sebagai kelompok yang mampu memonopoli jenis tertentu informasi, dan menjaganya dari sirkulasi. Bahkan untuk hari ini semua berita penting ditularkan secara lisan, dalam elite. Jika sebuah cerita besar adalah apa yang memberi seseorang keuntungan lebih dari orang lain, maka berikut bahwa berita berharga adalah sesuatu yang Anda harus membayar banyak untuk, salah satu cara atau yang lain. Yang tersisa diubah menjadi isi media.
Memang benar bahwa selama berabad-abad perhatian media telah membantu penduduk untuk memantau dan menantang elite. Seiring waktu, perhatian ini telah mengikis daya dari beberapa elit, tapi hanya jika pers itu sendiri menjadi bisnis besar, elit dengan rahasia mereka sendiri. Apa keseimbangan ditunjukkan dalam distribusi baru kekuasaan, dan jika publik memiliki hak untuk dimasukkan dalam struktur kekuasaan karena kesadarannya berita, harus mendapat perhatian lebih dari yang dimilikinya.
Asal-usul Pers
Dalam Renaisans Eropa surat kabar tulis tangan beredar secara pribadi di antara pedagang, untuk informasi tentang segala sesuatu dari peperangan dan kondisi ekonomi untuk kebiasaan sosial dan karakteristik dari "human interest". Pelopor dicetak pertama koran muncul di Jerman pada tahun 1400-an dalam bentuk pamflet atau berita broadsides, sering sangat sensasional dalam konten. Beberapa yang paling terkenal dari laporan-laporan kekejaman melawan Jerman di Transylvania yang dilakukan oleh Drakul Tsepes sadis veovod disebut Vlad, yang menjadi Count Dracula kemudian dari cerita rakyat.
Di dunia berbahasa Inggris, nenek moyang awal dari surat kabar adalah corantos, pamflet berita diproduksi hanya kecil ketika peristiwa penting terjadi. Judul pertama dipublikasikan di The Newes Mingguan dari 1622. Hal ini diikuti tahun 1640 dan 1650 oleh sejumlah judul yang berbeda dalam Newsbook format yang sama. Surat kabar pertama benar dalam bahasa Inggris adalah Lembaran London 1666. Untuk generasi yang merupakan koran resmi hanya sanksi, meskipun judul berkala banyak di media adalah pada akhir abad ini.
Di Amerika, surat kabar ( koran )pertama kali muncul di Boston pada tahun 1690, berjudul Kemunculan Publik. Diterbitkan tanpa otoritas, yang kemudian segera ditekan, penerbit ditangkap, dan semua salinan dihancurkan. Bahkan, itu terlupakan hingga 1845, ketika contoh yang masih hidup hanya dikenal ditemukan di Perpustakaan Inggris. Surat kabar itu adalah sukses pertama Berita Boston-Surat, dimulai oleh postmaster John Campbell pada 1704. Meskipun menerima subsidi besar dari pemerintah kolonial percobaan adalah kegagalan dalam jangka pendek, dengan sirkulasi sangat terbatas. Dua penelitian lain diperkenalkan pada 1720, di Philadelphia dan New York, dan kekuatan keempat secara bertahap didirikan di benua baru. Pada malam Perang Kemerdekaan, sekitar dua lusin dokumen diterbitkan di semua koloni, meskipun Massachusetts, New York, dan Pennsylvania akan tetap pusat pencetakan Amerika selama bertahun-tahun. Artikel di koran kolonial, cemerlang dikandung oleh propagandis revolusioner, adalah kekuatan utama yang mempengaruhi opini publik di Amerika Serikat rekonsiliasi dengan Inggris untuk kemerdekaan politik penuh.
Pada akhir perang pada tahun 1783 ada empat puluh tiga surat kabar di cetak. Pers memainkan peran penting dalam urusan negara baru, banyak surat kabar lebih banyak dimulai, mewakili seluruh nuansa pendapat politik. Dia tidak gaya prinsip jurnalisme dicegah sebagian besar memfitnah dengan standar modern, mencerminkan kehidupan politik kasar dan kacau republik sebagai faksi saingan mendorong untuk kekuasaan. Ratifikasi Bill of Rights tahun 1791 untuk menjamin kebebasan pers dan surat kabar AS mulai mengambil peran sentral dalam urusan nasional. Pertumbuhan terus berlanjut di semua negara. Pada tahun 1814 ada 346 surat kabar. Dalam Jackson populis, 1830, kemajuan dalam teknologi pencetakan dan kertas menyebabkan ledakan pertumbuhan harian, munculnya "Tekan Penny", tapi sekarang mungkin untuk memproduksi satu koran yang bisa dijual hanya sepeser pun per copy. Sebelumnya, surat kabar adalah provinsi dari sedikit kaya, membaca dan menulis. Harga berlangganan selama satu tahun, biasanya sekitar upah satu minggu dari buruh, harus dibayar penuh dan "selalu di muka. " Ini ketersediaan mendadak dari bahan murah, bacaan menarik adalah stimulus penting untuk mencapai hampir universal melek begitu saja di Amerika.
Revolusi Industri seperti
mengubah setiap aspek kehidupan dan masyarakat Amerika, surat kabar dramatis
terpengaruh. Kedua jumlah dokumen dan sirkulasi mereka dibayar terus meningkat.
Sensus 1850 tercatat 2.526 judul. Pada tahun 1850, kuat menekan raksasa muncul,
mampu mencetak sepuluh ribu makalah lengkap per jam. Pada saat ini yang pertama
"bergambar" surat kabar mingguan muncul, tapi ilustrasi acara besar
pertama dalam berita, sebagai ukiran ukiran kayu dari sketsa para koresponden
atau diambil dari penemuan baru fotografi. Selama Perang Sipil permintaan belum
pernah terjadi sebelumnya untuk tepat waktu, berita yang akurat mengubah
jurnalisme Amerika dalam dinamis, hardhitting dalam kehidupan nasional.
Wartawan yang disebut "khusus", menjadi kesayangan publik dan
berhala-berhala kaum muda di seluruh dunia. Banyak account pertempuran disampaikan
oleh petualang pemberani berdiri hari ini sebagai sejarah definitif rakyatnya.
Berita itu tidak menghentikan pertumbuhan di tahun-tahun sesudah perang. Sebuah 11.314 mengejutkan item yang berbeda tercatat dalam sensus 1880. Dalam angka-angka sirkulasi 1890 dari satu juta eksemplar per edisi pertama dicatat (ironisnya, surat kabar ini sekarang sangat langka karena kualitas mengerikan kertas murah maka digunakan, dan kerugian besar dalam Perang Dunia Dunia kertas unit era II) Pada periode ini muncul fitur dari surat kabar modern, headline besar "banner", ekstensif menggunakan ilustrasi, "halaman lucu" serta cakupan diperluas acara olahraga yang terorganisir. Munculnya "jurnalisme kuning" juga menandai periode ini. Hearst benar-benar bisa membanggakan bahwa surat kabar itu diproduksi keributan publik untuk perang melawan Spanyol pada 1898. Ini juga merupakan usia konsolidasi dari media, surat kabar independen banyak yang ditelan menjadi kuat "rantai" dengan konsekuensi yang tidak menguntungkan untuk tekan sekali tak kenal takut dan tidak fana, banyak yang dikurangi menjadi kendaraan untuk distribusi pendapat terpisah dari pemiliknya, dan sebagainya tetap, tanpa bersaing kertas untuk menantang pandangan mereka. Pada 1910-an, semua fitur penting koran dikenali modern telah muncul. Pada zaman kita, radio dan televisi secara bertahap menggantikan surat kabar sebagai sumber informasi utama bangsa, sehingga dapat menjadi sulit pada awalnya untuk menghargai peran bahwa surat kabar telah memainkan dalam sejarah kami.
The
Pulitzer Prize adalah penghargaan untuk prestasi di surat kabar dan jurnalisme online , sastra, dan komposisi musik di Amerika Serikat . Didirikan pada tahun 1917 oleh ketentuan dalam kehendak
Amerika (kelahiran Hungaria) penerbit Joseph Pulitzer
, dan dikelola oleh Columbia University
di New York City
. Hadiah diberikan setiap tahun dalam dua puluh satu kategori.
Dalam dua puluh satu kategori, masing-masing pemenang
menerima sertifikat dan penghargaan uang tunai US $ 10.000. Pemenang
dalam kategori pelayanan publik kompetisi jurnalistik diberikan sebuah medali emas .
2. Sejarah
Jurnalistik di Indonesia
a. Zaman
Belanda
Pada tahun 1615 atas perintah Jan Pieterzoon Coen,
yang kemudian pada tahun 1619 menjadi Gubernur Jenderal VOC, diterbitkan
“Memories der Nouvelles”, yang ditulis dengan tangan. Dengan demikian, dapatlah
dikatakan bahwa “surat kabar” pertama di Indonesia ialah suatu penerbitan
pemerintah VOC. Pada Maret 1688, tiba mesin cetak pertama di Indonesia dari
negeri Belanda. Atas intruksi pemerintah, diterbitkan surat kabar tercetak
pertama dan dalam nomor perkenalannya dimuat ketentuan-ketentuan perjanjian
antara Belanda dengan Sultan Makassar. Setelah surat kabar pertama kemudian
terbitlah surat kabar yang diusahakan oleh pemilik percetakan-percetakan di
beberapa tempat di Jawa. Surat kabar tersebut lebih berbentuk koran iklan.
Tujuan pendirian pers masa itu :
· Untuk
menegakkan penjajahan
·
Menentang pergerakan rakyat
·
Melancarkan perdagangan
b.
Zaman Jepang
Pada masa ini, surat
kabar-surat kabar Indonesia yang semula berusaha dan berdiri sendiri dipaksa
bergabung menjadi satu, dan segala bidang usahanya disesuaikan dengan
rencana-rencana serta tujuan-tujuan tentara Jepang untuk memenangkan apa yang
mereka namakan “Dai Toa Senso” atau Perang Asia Timur Raya. Dengan demikian, di
zaman pendudukan Jepang pers merupakan alat Jepang. Kabar-kabar dan
karangan-karangan yang dimuat hanyalah pro-Jepang semata.
c. Awal
Kemerdekaan (1942-1945)
Pers di awal kemerdekaan dimulai pada saat jaman
jepang. Dengan munculnya ide bahwa beberapa surat kabar sunda bersatu untuk
menerbitkan surat kabar baru Tjahaja (Otista), beberapa surat kabar di Sumatera
dimatikan dan dibuat di Padang Nippo (melayu), dan Sumatera Shimbun
(Jepang-Kanji). Dalam kegiatan penting mengenai kenegaraan dan kebangsaan Indonesia,
sejak persiapan sampai pencetusan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, sejumlah
wartawan pejuang dan pejuang wartawan turut aktif terlibat di dalamnya. Di
samping Soekarno, dan Hatta, tercatat antara lain Sukardjo Wirjopranoto, Iwa
Kusumasumantri, Ki Hajar Dewantara, Otto Iskandar Dinata, G.S.S Ratulangi, Adam
Malik, BM Diah, Sjuti Melik, Sutan Sjahrir, dan lain-lain.
Penyebarluasan tentang Proklamasi Kemerdekaan
Republik Indonesia dilakukan oleh wartawan-wartawan Indonesia di Domei, di
bawah pimpinan Adam Malik. Berkat usaha wartawan-wartawan di Domei serta
penyiar-penyiar di radio, maka praktisi pada bulan September 19945 seluruh
wilayah Indonesia dan dunia luar dapat mengetahui tentang Proklamasi
Kemerdekaan Republik Indonesia.
RRI (Radio Republik Indonesia) terbentuk pada
tanggal 11 September 1945 atas prakasa Maladi. Dalam usahanya itu Maladi
mendapat bantuan dari rekan-rekan wartawan lainnya, seperti Jusuf Ronodipuro,
Alamsjah, Kadarusman, dan Surjodipuro. Pada saat berdirinya, RRI langsung
memiliki delapan cabang pertamanya, yaitu di Jakarta, Bandung, Purwokerto,
Yogyakarta, Surakarta, dan Surabaya.
Surat kabar Republik I yang terbit di Jakarta
adalah Nerita Indonesia, yang terbit pada tanggal 6 September 1945. Surat kabar
ini disebut pula sebagai cikal bakal Pers nasional sejak proklamasi Kemerdekaan
Republik Indonesia. Setelah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia,
perkembangan pers republic sangat pesat, meskipun mendapat tekanan dari pihak
penguasa peralihan Jepang dan Sekutu/Inggris, dan juga adanya hambatan
distribusi.
Setelah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia,
di Sumatera dan sekitarnya, usaha penyebarluasan berita dilakukan mula-mula
berupa pamflet-pamflet, stensilan, sampai akhirnya dicetak, dan disebar ke
daerah-daerah yang terpencil. Pusat-pusatnya ialah di Kotaraja (sekarang Banda
Aceh), Sumatera Utara di Medan dimana kantor berita cabang Sumatera juga ada di
Medan, lalu Sumatera Barat di Padang, Sumatera Selatan di Palembang. Selain
itu, di Sumatera muncul surat kabar-surat kabar kaum republik yang baru, di
samping surat surat kabar yang sudah ada berubah menjadi surat kabar Republik,
dengan nama lama atau berganti nama.
d. Orde Lama
Di masa awal pelaksanaan Demokrasi Terpimpin,
surat kabar dan majalah yang tidak bersedia ikut serta dalam gelombang Demokrasi
Terpimpin harus menyingkir atau disingkirkan. Semakin lama peraturan ini
semakin ketat. Di Jakarta, keluar larangan berpolitik dalam segala bentuk
termasuk dalam bentuk tulis-menulis. Khusus mengenai pers ada Sembilan ketentuan
yang salah satunya adalah pers dan alat-alat penyiaran lainnya dilarang
melakukan penyiaran kegiatan politik yang langsung dapat mempengaruhi haluan
Negara, dan tidak bersumber pada badan pemerintahan yang berwenang untuk itu.
SIT adalah Surat Izin Terbit dan SIC
adalah Surat Izin Cetak yang pada masa Demokrasi Terpimpin sukar
mendapatkannya. Semua penerbit pada tahun 1960 diwajibkan mengajukan permohonan
SIT, sebagai pengesahan dillakukannya kegiatan penyiaran. Pada bagian bawah permohonan
SIT tercantum 19 pasal pernyataan yang mengandung janji penanggung jawab surat
kabar tersebut yaitu jika ia diberi SIT akan mendukung jawab surat kabar
tersebut yaitu jika ia diberi SIT akan mendukung Manipol-Usdek dan akan
mematuhi pedoman yang telah dan akan dikeluarkan oleh penguasa. Pernyataan ini
dengan mudah dipergunakan oleh penguasa sebagai alat penekan surat kabar.
PWI sebagai satu-satunya organisasi wartawan yang
diakui pemerintah di masa Demokrasi Terpimpin dikelola oleh wartawan-wartawan
berpaham komunis dan yang bersimpati pada paham ini. PKI berusaha menguasai PWI
dengan sekuat tenaga karena melalui PWI, SPS, dan Pancatunggal SIT dan SIC
dikeluarkan. Dengan demikian dapat menentukan siapa yang bisa diberi SIT dan
SIC.
BPS singkatan dari Badan Pendukung/Penyebar
Soekarnoisme. Badan ini dibentuk untuk menandingi organisasi yang berinduk
pada PKI. Tokohnya yang terkenal adalah Sajuti Melik BPS tidak menyetujui
Nasakaom tetapi setuju dengan Nasasos (Nasionalis, Agama, Sosialis). Koran pendukung
BPS harus bersedia memuat tulisan Sajuti Melik sebagai usaha mengimbangi dan
mengadakan perlawanan PKI. BPS ditentang PKI dengan tuduhan BPS hendak
mengadakan PWI tandingan. Sehingga perang pena dan fitnah pun terjadi.
Sewaktu menerbitkan Berita Yudha, Jenderal Ahmad
Yani menyadari di masa Demokrasi Terpimpin itu akan sangat membahayakan
masyarakat apabila tidak ada lagi pegangan dan hanya mendapat satu sumber
berita. Saat itu hanya ada suara dari PKI, karena itu perlu diambil alih dengan
segera harian pendukung BPS Berita Indonesia dan mengganti namanya Berita
Yudha dengan motto: Untuk Mempertinggi Ketahanan Revolusi Indonesia.
Sedangkan Jenderal A. H Nasution juga menerbitkan surat kabar bernama Angkatan
Bersenjata dengan inti tujuan yang sama.
Beberapa factor penunjang
keberhasilan PKI dalam bidang pers dan media massa yaitu:
a.
Disiplin kerja. Dengan disiplin kerja, mereka
bersedia menyingkirkan pendapat pribadi dengan patuh pada indtruksi atasan.
b.
Jaminan Sosial. Mereka mendapat jaminan dalam
kehidupannya.
c.
Hubungan dengan fungsionaris/tokoh partai. Hubungan
ini akan mempermudah control atas tiap anggota.
e. Masa Orde Baru/ Demokrasi Pancasila (1965-1998)
Selama masa 4 tahun pertama
pemerintahan Orde Baru, meski pemerintah menghadapi berbagai masalah stabilitas
dan rehabilitasi keamanan, politik pemerintah dan ekonomi, telah diisi dengan
langkah-langkah awal peletakan kerangka dasar bagi pembangunan pers Pancasila.
Sebagai langkah awal dalam usaha merumuskan kehidupan
pers nasional sesuai dengan dasar Negara Pancasila dan UUD 1945, adalah dengan
dikeluarkannya Ketetapan MPRS No. XXXII/MPRS/1966 pada tanggal 6 Juli 1966.
Kalangan pers menyambut keluarnya ketetapan MPRS tersebut dengan pencetusan
Deklarasi Wartawan Indonesia, yang dihasilkan oleh konferensi Kerja PWI di
Pasir Putih Jawa Timur pada tanggal 13-15 Oktober 1966.
Setelah DPR berhasil merealisasikan UU No. 11/1966
sebagai UU Pokok Pers pada tanggal 12 Desember 1966, masalah selanjutnya adalah
mengenai kesepakatan dalam penafsiran dari UU Pokok Pers tersebut, terutama
masalah fungsi, kewajiban dan hak pers itu sendiri.
Dalam usaha memantapkan penafsiran serta pelaksaan
UU Pokok Pers dalam praktiknya, amak dibentuklah Dewan Pers. Dewan Pers
merupakan pendamping pemerintah untuk bersama-sama membina pertumbuhan dan
perkembangan pers nasional.
Tahap selanjutnya adalah tahap pemantapan menuju
tahap pemapanan diri dalam pers nasional. Pada tahap ini upaya yang dilakukan
adalah penerapan mekanisme interaksi positif antara pers, masyarakat dan
pemerintah.
Pada masa pemerintahan Presiden Soeharto sangat
dibatasi oleh kepentingan pemerintah. Pers dipaksa untuk memuat setiap berita
harus tidak boleh bertentangan dengan pemerintah, di era pemerintahan Soeharto,
kebebasan pers ada, tetapi lebih terbatas untuk memperkuat status quo,
ketimbang guna membangun keseimbangan antar fungsi eksekutif, legislatif,
yudikatif, dan kontrol publik (termasuk pers). Karenanya, tidak mengherankan
bila kebebasan pers saat itu lebih tampak sebagai wujud kebebasan (bebasnya)
pemerintah, dibanding bebasnya pengelola media dan konsumen pers, untuk menentukan
corak dan arah isi pers.
Terjadinya pembredelan Tempo, Detik, Editor pada 21
Juni 1994, mengisyaratkan ketidakmampuan sistem hukum pers mengembangkan konsep
pers yang bebas dan bertanggung jawab secara hukum. Ini adalah contoh pers yang
otoriter yang di kembangkan pada rezim orde baru.
f. Era Reformasi
Suatu pencerahan datang kepada kebebasan pers,
setelah runtuhnya rezim Soeharto pada tahun 1998. Pada saat itu rakyat
menginginkan adanya reformasi pada segala bidang baik ekonomi, sosial, budaya
yang pada masa orde baru terbelenggu. Tumbuhnya pers pada masa reformasi
merupakan hal yang menguntungkan bagi masyarakat. Kehadiran pers saat ini
dianggap sudah mampu mengisi kekosongan ruang publik yang menjadi celah antara
penguasa dan rakyat. Dalam kerangka ini, pers telah memainkan peran sentral
dengan memasok dan menyebarluaskan informasi yang diperluaskan untuk penentuan
sikap, dan memfasilitasi pembentukan opini publik dalam rangka mencapai
konsensus bersama atau mengontrol kekuasaan penyelenggara negara.
Peran inilah yang selama ini telah dimainkan dengan
baik oleh pers Indonesia. Setidaknya, antusias responden terhadap peran pers
dalam mendorong pembentukan opini publik yang berkaitan dengan
persoalan-persoalan bangsa selama ini mencerminkan keberhasilan tersebut.
Setelah reformasi bergulir tahun 1998, pers
Indonesia mengalami perubahan yang luar biasa dalam mengekspresikan kebebasan.
Fenomena itu ditandai dengan munculnya media-media baru cetak dan elektronik
dengan berbagai kemasan dan segmen. Keberanian pers dalam mengkritik penguasa
juga menjadi ciri baru pers Indonesia.
Pers yang bebas merupakan salah satu komponen yang
paling esensial dari masyarakat yang demokratis, sebagai prasyarat bagi
perkembangan sosial dan ekonomi yang baik. Keseimbangan antara kebebasan pers
dengan tanggung jawab sosial menjadi sesuatu hal yang penting. Hal yang pertama
dan utama, perlu dijaga jangan sampai muncul ada tirani media terhadap publik.
Sampai pada konteks ini, publik harus tetap mendapatkan informasi yang benar, dan
bukan benar sekadar menurut media. Pers diharapkan memberikan berita harus
dengan se-objektif mungkin, hal ini berguna agar tidak terjadi ketimpangan
antara rakyat dengan pemimpinnya mengenai informasi tentang jalannya
pemerintahan.
Sayangnya, berkembangnya kebebasan pers juga
membawa pengaruh pada masuknya liberalisasi ekonomi dan budaya ke dunia media
massa, yang sering kali mengabaikan unsur pendidikan. Arus liberalisasi yang
menerpa pers, menyebabkan Liberalisasi ekonomi juga makin mengesankan bahwa
semua acara atau pemuatan rubrik di media massa sangat kental dengan upaya
komersialisasi. Sosok idealisme nyaris tidak tercermin dalam tampilan media
massa saat ini. Sebagai dampak dari komersialisasi yang berlebihan dalam media
massa saat ini, eksploitasi terhadap semua hal yang mampu membangkitkan minat
orang untuk menonton atau membaca pun menjadi sajian sehari-hari.
Sumber:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar